22.11.10

Untukmu,Tuan.

Dia, bukan seseorang yang memainkan rebana di hatiku. Tapi, dia membuatku berubah menjadi seorang detektif semalam mengalahkan pandangan pada pemain rebana.

Selalu dari timur dan berakhir di barat. Yah, itulah kehidupan dari sang surya. Dan, aku, disini juga mengandalkan kehidupan itu. Berusaha untuk bersahabat dengan waktu dan langit seperti saat aku menunggu dia. Dekapan lembut menggelitik dari yang tak berwarna ku dapati. Tenda hitam juga tampak telah membentang luas sejauh mataku memandang ke atas. Waktu terlihat sudah lapuk, sangat tua diujung dua empat jika ku kata. Serta, lampu penerang jagad raya yang sudah mulai redup. Aku, masih disini, setia menanti.

Kesalahan ku yang lalu membuat situasi menjadi hening. Antara aku dan dia. Bukan siapa-siapa memang. Tapi, karena sikap idealis gila yang menyemat pada diriku, semua bisa terjadi. Inisiatif baiknya tidak ku sambut dengan senyum membara seperti bulan sabit yang menjadi andalan jika hatiku senang. Namun, sebaliknya. Tidak ada bulan sabit, bulan untuh, atau apapun di waktu angin segar menyapaku. Benar sangat buram, abu-abu, apalah itu.

Pagi ketika itu, aku berjumpa dengannya. Sungguh di luar dugaan akan respon yang dia lontarkan. Menyeramkan, jika bisa ku ucapkan. Membuatku takut dan semakin mengunci mulutku erat. Bukan tidak mau mengucap kata, tapi, memang sangat membuatku tidak mampu berkata. Bukan juga lebai atau apa, karena memang aku merasa ada yang aneh dengan dia pagi itu. Hujan pun datang, seperti yang lalu. Aku heran. Kenapa di setiap sedih itu ada, hujan selalu menghampiriku? Suatu kebetulankah? Entahlah.

Kembali ketika aku menunggu dirinya. Massage yang aku kirim, dibalasnya angkuh. Persepsi dari ku sendiri memang. Tapi, mungkin juga iya mengacuh pada sikap yang aku beri padanya. Hanya ingin menyelesaikan masalah dan lagi berteman normal seperti keinginan dia. Tapi, sampan ini berjalan melawan arus sepertinya dan sulit di taklukan. Lima jam waktu sedikit ketimbang yang dia punya kemaren, namun, aku sudah mematoknya sampai ke akhir hari ini. Setelah itu, selamat tinggal dan terimakasih. Lagi, tidak punya sedikit atau banyak waktu yang dapat diberi percuma padaku. Benar berakhir dan detektif semalam pun punah. Tidak ada memantau sekitar, meraba kehadiran, dan apa pun itu pekerjaan detektif. Berulang mengucap terimakasih, meski masih berutang diskusi dan bumi manusia. Tapi, sudahlah. Bulan sabit terakhir akan ku beri percuma untukmu suatu saat nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan di isi...